Banda Aceh-Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, Anang Heriyanto mengatakan, Juni, Juli dan Agustus merupakan puncak musim kemarau. Kondisi ini menyebabkan suhu tinggi, karena angin bertiup dari Australia membawa massa udara kering yang melewati provinsi Aceh.
Pada bulan tersebut, Aceh masih berpeluang terjadi Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga nantinya kondisi membaik di bulan September, memasuki musim peralihan dari kemarau ke penghujan.
Pernyataan ini disampaikan dalam dialog interaktif, dengan topik “Waspada Potensi Karhutla di Cuaca Ekstrim”, yang disiarkan Programa 1 dan Youtube RRI Banda Aceh pada Selasa (30/7).
Salah satu kabupaten/kota yang terdampak kemarau dan memicu karhutla adalah Aceh Barat. Menurut Plt. Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Teuku Ronald Nehdiansyah dalam kurun waktu 8 (delapan) hari, terdata 21 titik kebakaran yang tersebar di 9 kecamatan.
BPBD mengimbau kepada semua pihak, untuk tidak melakukan pembakaran lahan maupun sampah selama musim kemarau. Untuk memastikan tidak ada perilaku yang mengancam keselamatan ini, juga dilakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum yang bertugas di kecamatan, untuk giat melakukan patroli.
“Masyarakat harus memahami bahwa untuk alasan apapun, tidak dibenarkan melakukan aktivitas pembakaran, karena seringkali setelah membakar justru ditinggalkan, yang pada akhirnya memicu kobaran api,” tutupnya.
>> > Sumber
Comment