Banda Aceh|aksesharian – Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haytar melakukan kunjungan ke Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Ia tiba di provinsi paling timur Pulau Sumatera ini, Rabu (27/11/2019) sore, bersama puluhan rombongan dari Aceh yang tergabung dalam Konsorsium Badak Utara.
Yakni konsorsium yang memfokuskan isu pada pelestarian Badak Sumatra.
Konsorsium Badak Utara ini terdiri dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemkab Aceh Timur, Forum Konservasi Leuser (FKL), Alert, WWF, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah dan IPB Bogor, serta Pemkab Aceh Timur.
Karena itu, peserta yang ikut selain mewakili unsur dari Lembaga-lembaga tersebut, juga hadir Kepala Bappeda Aceh Timur, Ketua DPRK Aceh Timur, sejumlah camat dan kepala desa. Juga ikut serta Nurzahri dan Anggota DPRA, Kartini Ibrahim.
Kedatangan Wali Nanggroe disambut langsung oleh Kepala Taman Nasional Way Kambas, Subakir SH MH, Direktur Sumatera WWF Indonesia, Suhandri, Direktur Yayasan Badak Indonesia (YABI), Kurnia, dan sejumlah pihak lainnya.
Mantan Anggota DPRA, Nurzahri, dalam pertemuan itu selain memperkenalkan Wali Nanggroe, juga menjelaskan tujuan kedatangan rombongan dari Aceh.
“Kami ingin belajar konservasi badak. Kami ingin berbuat hal yang sama (seperti Lampung) apalagi Aceh masih punya habitat badak yang cukup lumayan,” katanya.
Apalagi Pemkab Aceh Timur juga telah bersedia menyediakan lahan untuk membuka semacam sanctuari badak.
Keinginan tersebut lanjut Nurzahri, diperkuat lagi dengan adanya regulasi atau Qanun Pengelolaan Satwa Liar.
Satu-satunya peraturan daerah tentang satwa liar yang ada di Indonesia.
Nurzahri juga menyampaikan bahwa Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haytar selaku salah satu mantan tokoh petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), juga memiliki perhatian serius terkait masalah lingkungan, hutan, dan satwa liar.
Karena itulah, Wali Nanggroe menyempatkan diri untuk ikut serta ke Lampung, untuk melihat sistem pengelolaan taman nasional Way Kambas, yang berhasil melakukan konservasi badak.
“Dulu ketika masih terjadi konflik di Aceh, hutan Aceh masih sangat terjaga. Sekarang setelah damai, Wali Nanggroe juga menginginkan agar hutan Aceh tetap terjaga,” ujarnya.
Kepala Taman Nasional Way Kambas, Subakir SH MH, dan Direktur Sumatera WWF Indonesia, Suhandri, menyambut baik rencana Aceh yang ingin membuat semacam sanctuary badak di Aceh.
“Kami sangat mendukung sekali. Jika di timur Sumatera ada Lampung dengan Way Kambas, maka di ujung barat ada Aceh. Inilah harapan kita, kalau di wilayah tengah jangan diharap lagi,” kata Subakir.
Menurut Suhandri, saat ini populasi Badak Sumatera yang tersisa di bawah 80 ekor dari sebelumnya sekitar ribuan ekor.
Populasi yang tersisa tersebut hanya ada di Lampung dan Aceh.
“Karena itu saya sangat senang sekali ketika mendengar Aceh juga ingin melakukan hal yang sama, ingin melestarikan Badak Sumatera,” ujar Suhandri.(*)
Sumber: Serambinews. com
Comment