by

Israel-Hamas Gencatan Senjata Setelah 11 Hari Pertempuran

Gaza-Gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang dimediasi Mesir dimulai pada hari Jumat dan Presiden AS Joe Biden berjanji untuk menyelamatkan Jalur Gaza yang hancur dengan bantuan kemanusiaan setelah pertempuran terburuk dalam beberapa tahun.

Warga Palestina, yang selama 11 hari meringkuk ketakutan akan penembakan Israel, membanjiri jalan-jalan Gaza. Pengeras suara masjid merayakan “kemenangan perlawanan yang diraih atas Pendudukan (Israel) selama pertempuran ‘Pedang Yerusalem'”.

Dalam hitungan mundur menuju gencatan senjata pada pukul 2 pagi (2300 GMT Kamis), serangan roket Palestina masih berlanjut dan Israel melakukan setidaknya satu serangan udara.

Masing-masing pihak mengatakan siap membalas setiap pelanggaran gencatan senjata oleh pihak lain. Kairo mengatakan akan mengirim dua delegasi untuk memantau gencatan senjata.

Kekerasan meletus pada 10 Mei, dipicu kemarahan warga Palestina atas pengekangan hak-hak mereka di Yerusalem oleh Israel, termasuk selama konfrontasi polisi dengan pengunjuk rasa di masjid Al-Aqsa selama bulan puasa Ramadhan.

Pertempuran tersebut membuat banyak warga Palestina di Gaza tidak bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri pada akhir Ramadan. Pada hari Jumat, di seluruh Gaza, makan Idul Fitri yang ditunda digelar sebagai gantinya, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (21/5/2021).
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, telah tewas dan lebih dari 1.900 terluka dalam pemboman udara. Israel mengatakan telah menewaskan sedikitnya 160 kombatan.

Pihak berwenang menyebutkan jumlah korban tewas di Israel ada 12, dengan ratusan orang dirawat karena cedera dalam serangan roket yang menyebabkan kepanikan dan membuat orang bergegas ke tempat penampungan.
Hamas, kelompok militan Islamis yang menguasai Gaza, menganggap pertempuran itu sebagai keberhasilan perlawanan terhadap musuh yang lebih kuat secara militer dan ekonomi.

Di Israel, rasa lega tersebut terasa getir.
“Bagus bahwa konflik akan berakhir, tapi sayangnya saya rasa kita tidak punya banyak waktu sebelum eskalasi berikutnya,” kata Eiv Izyaev, seorang insinyur perangkat lunak berusia 30 tahun, di Tel Aviv.

 

 

Sumber: rri.co.id

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed