by

Pemerintah Aceh Berangkatkan Petani Magang ke Thailand

Banda Aceh|aksesharian— Pemerintah Aceh akan memberangkatkan 20 petani muda untuk mempelajari pertanian di Thailand dalam program “Magang Petani Milenial Aceh Tahun 2019”. Ke-20 orang yang akan diberangkatkan pada 24 November ini berasal dari berbagai daerah di Aceh.

Mereka umumnya berusia 19 hingga 30 tahun dan merupakan lulusan SMK Pertanian, Diploma Pertanian dan Sarjana Pertanian.

Program magang di bawah Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh itu akan berlangsung selama sebelas hari di Songkhla, Thailand. Materi yang akan dipelajari fokus pada budidaya tanaman kelapa pandan wangi yang merupakan jenis kelapa unggulan dari Negeri Gajah Putih.

Tanaman kelapa dengan postur batang pendek ini diketahui sangat cocok dikembangkan di Aceh. Selain masa panen yang singkat, kelapa ini juga memiliki tandan yang banyak dengan buah yang lebat.

Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, saat menerima kedatangan para petani muda tersebut mengatakan, magang ke Thailand merupakan program pemerintah dengan tujuan meningkatkan keahlian para petani Aceh, khususnya kalangan muda.

“Setelah kembali ke Aceh nanti, kalian harus memproduksi komoditas lokal yang bisa mengurangi ketergantungan impor, atau bahkan harus bisa kita ekspor,” pesan Nova di hadapan para petani di rumah dinasnya, Sabtu (16/11) pagi.

Dalam pesannya Nova juga meminta mereka menjadi petani dengan konsep modern yang inovatif. “Bedanya kalian dengan petani pada umumnya adalah kalian harus inovatif, kreatif memunculkan terobosan baru,” kata Nova.

Nova menjelaskan, pemerintah akan mendukung penuh setiap usaha inovatif dan kreatif para petani karena sektor ini masih sangat perlu dikembangkan dengan baik.

Ia menekankan, durasi waktu magang yang terbatas harus memacu semangat para peserta untuk fokus belajar. “Magang tak tergantung berapa lama. Tapi berapa kuat kalian fokus belajar selama di sana. Setiap materi dari hari ke hari harus dijalani dengan baik. Waktu senggang juga harus dioptimalkan dengan diskusi dengan teman-teman baru di sana,” kata Nova.

Kondisi wilayah Songkhla juga disebut Nova cukup mendukung proses belajar petani dari Aceh lantaran daerah tersebut memiliki populasi Muslim yang tinggi, sehingga peserta tidak kesulitan beradaptasi dengan makanan serta lingkungan.

Pertemuan dengan para petani muda itu juga dimanfaatkan Nova untuk memberi motivasi terkait pentingnya membangun jaringan luar negeri. “Terpenting juga membangun jaringan. Setelah magang saya berasumsi kalian sudah punya kawan di sana, sudah memiliki jaringan tempat bertanya jika sewaktu-waktu butuh informasi.”

Nova berjanji, jika program magang ke Thailand berhasil dengan baik maka pihaknya akan mengupayakan untuk mengirim lebih banyak lagi peserta magang ke berbagai negara.

Pada kesempatan itu, Nova juga mengutip pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut sent sangat penting dari sebuah proses, tapi tujuan akhirnya adalah delivered yang jauh lebih penting.

Nova menamsilkan dengan kewajiban naik haji dalam Islam. Ia menyebut, naik haji hukumnya wajib bagi yang mampu, tetapi yang juga harus diperhatikan adalah usaha membuat haji tersebut delivered atau mabrur.

“Itulah mengapa pemerintah mengirim kalian ke luar negeri, agar ada hasil baru dan sangat berharga untuk diraih,” kata Nova.

Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan, mengatakan para peserta magang ke Thailand akan fokus pada budidaya kelapa pandan wangi, pengelolaan paska-panen, pengolahan hasil, hingga pembibitan.

Ia berharap para peserta dapat menerapkan apa yang dipelajari di Thailand saat kembali ke Aceh nanti.

“Kami juga sudah berkoordinasi dengan kementerian. Mereka sangat mendukung dan akan membantu program ini ke depannya,” kata A Hanan.

Peserta Magang Berterima Kasih kepada Pemerintah

Benni Baihaqi S.P, seorang peserta magang, mengaku cukup senang mendapat kesempatan belajar budidaya kelapa tandan wangi ke Thailand lantaran selama ini dirinya menggeluti usaha tersebut.

Namun sayangnya, pengetahuan dirinya tentang kepala pandan wangi selama ini masih sangat minim.

“Ini adalah mimpi saya selama 14 tahun. Saya bergelut di usaha ini, tapi selama ini tidak berkesempatan mempelajarinya,” kata Sarjana Pertanian dari Universitas Abulyatama ini.

Selama ini, kata Benni, dirinya membeli bibit kelapa pandan wangi dari Sumatera Utara untuk dibudidayakan di Aceh. Dengan adanya kesempatan magang ke Thailand, Benni berjanji akan manfaatkannya untuk mempelajari cara budidaya yang benar sekaligus proses pembibitan kelapa tersebut.

Hal yang sama juga diakui Irfan Farizy. Lelaki yang baru menamatkan Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP) Negeri Saree ini mengaku sangat senang berkesempatan menimba ilmu dalam program magang ke Thailand.

“Ini sesuai dengan hobi dan kecintaan saya terhadap dunia pertanian. Thailand adalah negeri yang maju sektor pertaniannya. Saya ingin menerapkan pola bertani yang benar nantinya,” kata Irfan. []

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed