Banda Aceh|aksesharian- Ratusan peserta yang mengikuti malam renungan 15 tahun Tsunami Aceh tampak diselimuti kesedihan mendalam. Mereka terharu dan larut dalam lantunan puisi dan cerita dari korban gelombang tsunami 2004 silam itu.
Adalah Delisa, salah satu korban yang menceritakan kisahnya saat dilanda tsunami. Ia harus kehilangan kedua orang tua dan saudara kandungnya di usia 7 tahun. Bahkan, gadis asal Ulee Lheu Banda Aceh itu juga kehilangan salah satu kakinya. Sejumlah peserta renungan tampak menitikkan air mata dan sebagian menahan tangis mendengarkan kisah itu.
Malam renungan 15 tahun tsunami Aceh yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh itu dipusatkan di Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh, Kamis, (26/12) malam.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh, Teuku Ahmad Dadek, juga ikut menceritakan kisahnya saat dilanda tsunami. Ia mengatakan, bahwa dirinya merupakan salah satu korban tsunami yang terjadi 15 tahun silam itu. Saat itu, kata dia, ia masih bertugas di Meulaboh sebagai camat.
“Saya kehilangan ibu, mertua, sepupu, ponakan, sampai saat ini kami tak pernah menemukan mereka,” kata Dadek.
Namun demikian, kata Dadek, ia tidak mau berlarut dalam kesedihan. Sebagai Camat, waktu itu ia tidak mau berdiam diri. Dadek juga ikut terlibat dalam rehab dan rekonstruksi di Meulaboh melalui kerjasama dengan pihak NGO.
Dadek mengatakan, dalam setiap rapat bersama NGO, ia selalu menyampaikan kebutuhan para korban dan masyarakat. Atas perannya itu, Dadek pun diundang ke Jepang dan Amerika untuk mempresentasikan proses rehab dan rekonstruksi pasca tsunami di Aceh.
“Dari situ kita belajar, tidak hanya kesusahan yang kita rasakan dari bencana, tapi ada juga keberkatan ,” ujar Dadek.
Dadek mengaku, kini dirinya telah melahirkan sepuluh buah buku dari pengalamannya sebagai korban tsunami. Pengalamannya itu dituangkan dalam bentuk laporan ataupun cerpen dan puisi.
Dadek berharap, 15 tahun usia tsunami Aceh dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk terus bangkit dan ikut membangun Aceh. Aceh, kata dia, harus mampu menjadi destinasi wisata halal dunia.
Ikut hadir pada malam renungan itu, Kepala Bank Indonesia Aceh Zainal Arifin Lubis, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Jamaluddin, Kepala Bappeda Aceh Helvizar Ibrahim, Kepala Biro Humas dan Protokol Muhammad Iswanto dan Juru Bicara Pemerintah Aceh Saifullah Abdulgani.
Comment