Aceh Tengah— Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, melepas ekspor biji kopi Gayo sebanyak 73,2 ton ke pasar global. Pelepasan tersebut ditandai dengan melepas keberangkatan 4 kontainer pengangkut kopi di Gudang Koperasi Pedagang Kopi (Kopepi) Ketiara, Gampong Umang, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah, Kamis, 3/12/2020.
Kopi ekspor bernilai $ 531.540 US Dollar itu diekspor oleh dua perusahaan, yaitu Koperasi Permata Gayo sebanyak 1 kontainer dengan berat 19,2 ton dan perusahaan Kopepi Ketiara sebanyak 3 kontainer dengan berat 54 ton.
Keempat kontainer pengangkut kopi itu langsung diberangkatkan ke Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara untuk selanjutnya dikirim ke luar negeri.
Hadir dalam pelepasan ekspor tersebut, Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan dan Perindustrian RI, Arlinda Imbang Jaya, Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, Bupati Bener Meriah, Teungku Sarkawi, Kepala Kanwil Beacukai Aceh, Safuadi, dan sejumlah Anggota DPRA serta Kepala SKPA.
Nova mengapresiasi kedua perusahaan yang melakukan ekspor kopi Arabika Gayo tersebut. Ia berharap komoditas kopi dataran tinggi Gayo itu dapat berorientasi ekspor. Ia mengatakan, hanya melalui ekspor devisa negara dapat bertambah dan kesejahteraan petani kopi dapat dicapai lebih signifikan.
“Ini tentu merupakan capaian yang sangat baik, dan kiranya dapat terus ditingkatkan ke depan. Pemerintah Aceh akan terus meningkatkan nilai ekspor produk yang dimiliki Aceh,”kata Nova.
Gubernur Nova mengucapkan terimakasih kepada pemerintah pusat yang telah memilih Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Tengah sebagai salah satu lokasi pelepasan ekspor produk Indonesia yang bernilai tambah dan sustainable ke pasar global.
Nova menyebutkan, Aceh memiliki peluang pasar global yang luas dalam menjual produk unggulannya. Selama ini pasar ekspor produk Aceh masih terbatas ke Amerika dan Eropa saja. Oleh karena itu, ia meminta pelaku usaha untuk memperluas jaringan perdagangan ke negara-negara lainnya baik di Asia, Amerika Latin maupun Afrika.
“Kita harus tatap bekerja keras, secara angka ekspor kita masih kecil, di sisi lain lahan tanam kopi kita juga masih kecil,”kata Nova.
Dalam kesempatan itu, Nova menyampaikan gagasanya agar produksi kopi Gayo tidak hanya dilakukan oleh masyarakat saja. Menurutnya, produksi kopi Gayo perlu dilakukan dengan skema industrialisasi. Dengan demikian produktivitas kopi lebih meningkat dan pada akhirnya juga akan menambah jumlah ekspor ke mancanegara.
“Pemerintah Aceh mendukung secara total agar peningkatan ekspor ini terus terjadi. Dan benar komoditas ekspor perlu kita perbanyak keberadaannya. Selain kopi, kita punya komoditas lainnya seperti ikan tuna, CPO, atsiri dan lainnya,”ujar Nova.
“Kopi Gayo memang berada di level yang sangat tinggi. Kopi ini adalah kopi yang bergengsi dan premium. Ketika meminum kita berada di kelas yang atas,”ujar Gubernur.
Nova berharap, generasi muda Aceh dapat menjadi generasi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Ia mengatakan, anak muda harus menjadi generasi membangun dan memberi perubahan, utamanya dalam membangun ekonomi Aceh.
Nova mengatakan, Pemerintah Aceh memiliki komitmen tinggi untuk mendukung keberadaan dunia usaha. Oleh sebab itu, ia meminta kepada pelaku usaha untuk menyampaikan segala kendala yang dialami kepada pihak pemerintah. Pemerintah, kata dia, merupakan regulator yang harus memberikan pelayanan terbaik bagi semua pihak.
Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan dan Perindustrian RI, Arlinda Imbang Jaya, mengatakan, Aceh menjadi salah satu daerah yang berkontribusi terhadap nilai ekspor nasional. Saat ini Aceh berada di peringkat ke 29 daerah yang melakukan aktivitas ekspor. Ia berharap, dunia usaha di Aceh dapat terus meningkatkan ekspornya.
“Kami menyadari dan memahami banyak potensi yang dimiliki Aceh, tidak hanya kopi, ada batubara, minyak atsiri, sawit, kacang-kacangan, dan juga potensi perikanan yang besar,” kata Arlinda.
Arlinda berharap, para pengusaha di Aceh dapat memperluas jangkauan ekspor berbagai komoditas Aceh ke manca negara. Ia mendorong agar berbagai komoditas Aceh dapat juga merambah ke pasar Timur Tengah, Asia Selatan, Amerika Latin dan Afrika.
Ia mengatakan, pelepasan ekspor produk Indonesia yang bernilai tambah dan sustainable ke pasar global itu dilakukan di 16 provinsi di Indonesia. Aceh dipilih menjadi salah satu.
Arlinda berharap, pelepasan ekspor kopi Gayo itu dapat menjadi pemantik untuk memacu kembali aktivitas ekspor di masa pandemi. Ia berharap ke depan produk dan komoditas unggulan Aceh bisa terus berkembang.
“Kami siap membantu para pelaku usaha di Aceh untuk mendatangkan pembeli yang lebih luas, di luar Amerika dan Eropa, ” ujar dia.
Sementara itu, Pimpinan Koperasi Pedagang Kopi Ketiara, Rahma, berterimakasih kepada Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat yang telah memberikan kepercayaan kepada pihaknya untuk mengekspor kopi Gayo ke pasar Global.
Rahma mengatakan, koperasi yang ia pimpin telah bergerak di bidang kopi sejak tahun 2013. Setidaknya sudah 333 kontainer kopi yang diekspor mereka ke Amerika, Eropa dan Asia.
“Harapan kami semoga acara ini tetap berlanjut setiap tahunnya. Harapan kami pelabuhan Lhokseumawe bisa segera diaktifkan, karena selama ini kami kerap mengalami kendala saat mengirim logistik dalam perjalanan yang jauh, ” kata Rahma.
Prosesi acara pelepasan ekspor tersebut berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak dan membatasi jumlah peserta yang hadir. [•]
Comment