Oleh: Badrul Zaman
Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh melaksanakan kegiatan stadium general dan diskusi publik yang melibatkan dua narasumber yaitu Dessy Setiawaty dari Yayasan Kesejahteraan Perempuan di Indonesia (YKPI) dan Bayu Satria pendiri Youth ID dan pejuang hak anak. Kedua narasumber tersebut berhasil memaparkan terkait interseksionalitas dalam perspektif gender terhadap keadilan sosial terkhususnya di Aceh.
Kesetaraan gender telah dibahas secara global termasuk di provinsi Aceh, Indonesia. Masalah ini tidak hanya menjadi perhatian para akademisi atau peneliti tetapi juga organisasi internasional, pekerja sosial, relawan, dan pemangku kepentingan bangsa. Menanggapi tuntutan internasional untuk mencapai kesetaraan gender ini, pemerintah Indonesia telah menunjukkan dukungannya melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang memiliki tanggung jawab melindungi perempuan dan anak dari kekerasan dalam masyarakat dan diskriminasi lainnya.
Meskipun demikian usaha untuk mewujudkan kesetaraan gender baik dalam ranah domestik maupun publik belum juga tercapai. Dalam masyarakat Aceh isu gender ditolak dan dianggap tabu karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai dalam agama Islam. Hal ini kemudian mengakibatkan terjadinya ketidaksetaraan gender dalam masyarakat. Menurut Persatuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ada beberapa hal yang menyebabkan ketidaksetaraan gender dalam sebuah negara atau masyarakat, diantaranya adalah kurangnya pemahaman masyarakat setempat terkait dengan kesetaraan gender, perhatian terbatas kepada kelompok-kelompok tertinggal, adanya penolakan dari masyarakat dan kurangnya pendidikan atau sosialisasi tentang gender. Pembahasan tentang pendidikan dalam perspektif gender tidak hanya berfokus kepada bagaimana akses perempuan terhadap pendidikan melainkan juga mencakup bagaimana sosialisasi dan mendidik masyarakat tentang isu gender khususnya dalam keluarga. Sikap dan perilaku dalam keluarga terhadap gender sangat mempengaruhi dan membentuk sebuah masyarakat karena keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat. Selain itu keluarga juga menjalankan beberapa fungsi penting dalam masyarakat termasuk menjadi agen sosialisasi pertama bagi anak-anak, memberikan dukungan emosional dan praktis kepada anggotanya, serta memberikan identitas sosial kepada anggota keluarga.
Disisi lain keluarga juga bisa menciptakan kesenjangan sosial dalam masyarakat dengan meningkatkan kesenjangan ekonomi maupun memperkuat budaya patriarki. Dessy setiawaty dari Yayasan kesejahteraan Perempuan di aceh (YKPI) menyampaikan “dalam kasus tertentu keluarga juga bisa menjadi sumber konflik dan kekerasan bagi anggota keluarganya, termasuk kekerasan emosional dan fisik, kegagalan keluarga dalam menjalankan fungsinya sebagai agen sosialiasai akan melahirkan berbagai macam masalah terutama ketidaksetaraan gender (gender inequality) dalam keluarga, saat ini masih terdapat kesenjangan akses dan partisipasi antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat Aceh baik dalam akses terhadap pendidikan, lapangan kerja, maupun politik sehingga mengakibatkan kaum perempuan tertinggal dibelakang” ujar Desi.
Dalam sesi berikutnya, Bayu satria, pendiri youth id menjelaskan lebih dalam tentang pentingnya memahami identitas ganda dan bagaimana hal itu mempengaruhi aksesibilitas serta peluang individu. “Privilege dan kerentanan tidak bisa hanya dinilai dari permukaannya saja, tetapi juga membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Ini membantu kita untuk memahami kekuatan, hambatan, dan keterbatasan akses dalam kehidupan mereka,” ujar bayu.
Tidak hanya itu saat ini banyak perempuan di Aceh juga masih mengalami diskriminasi gender dalam keluarga baik dari segi pembagian tugas rumah tangga maupun tugas mengasuh anak-anak. Adanya fenomena diatas menuntut penerapan pendidikan berbasis gender dalam keluarga karena pendidikan adalah salah satu alat untuk mengubah pandangan dan pola pikir manusia. Pendidikan berbasis gender dalam keluarga diharapkan mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap isu gender dan akan membantu pencapaian kesetaraan gender. Keluarga adalah salah satu institusi dasar di mana anak-anak membuka mata mereka terhadap dunia dan membentuk jati diri mereka. Manusia belajar nila-nilai kehidupan dari keluarga dan pengalaman ini meninggalkan jejak terdalam dalam kepribadian mereka, sebagian besar dari nilai-nilai itu bertahan hingga akhir hidup mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan anak dimasa yang akan datang.
Penulis : Mahasiswa Uin Ar-Raniry Banda Aceh, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan, Prodi Ilmu Politik
Comment