Nilai Tukar Rupiah Menguat Rp15.580

Jakarta-Nilai tukar rupiah berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Menurut Bloomberg, rupiah naik 0,27 persen (42,5 poin) menjadi Rp15.584 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (24/10/2024).

Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menyebutkan sejumlah faktor yang mendorong penguatan rupiah. Terutama faktor dalam negeri yang memberikan sentimen positif kepada pasar.

“Gejolak ketidakpastian global diredam oleh pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani,” ujarnya. Menkeu mengatakan pelonggaran kebijakan moneter sejumlah negara utama mendorong meredanya ketidakpastian pasar keuangan.

Baca juga: Analis Sebut Tiga Faktor Pengaruhi Penekanan Rupiah

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga menegaskan komitmennya untuk memperkuat efektivitas kebijakan moneter. Sehingga inflasi diharapkan  tetap terkendali dan pertumbuhan ekonomi akan tetap terjaga.

Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperkirakan tingkat inflasi Indonesia akan stabil. Yaitu di sekitar 2,3 persen pada 2024 dan meningkat menjadi 2,5 persen pada 2025.

Dari sisi eskternal, Ibrahim menyebut sejumlah sentimen negatif yang memicu meningkatnya ketidakpastian global. Terutama perkiraan pasar mengenai kebijakan suku bunga lanjutan bank sentral AS, The Fed.

“Komentar terbaru pejabat The Fed mengindikasikan adanya pendekatan pemangkasan suku bunga secara bertahap,” ucapnya. Menurut Ibrahim, ekspektasi pasar juga menunjukkan pemotongan suku bunga yang lebih kecil sebesar 25 basis poin pada November.

Dia lalu mengutip ‘Beige Book’ yang berisi laporan 12 distrik federal AS yang dirilis Rabu (23/10//2024). Laporan itu mengindikasikan perubahan aktivitas ekonomi di AS sepanjang September hingga Oktober 2024.

Persaingan yang makin ketat pada pilpres AS juga mempengaruhi sentimen pasar keuangan. Demikian pula pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa bahwa perlu hati-hati untuk memutuskan penurunan suku bunga lebih lanjut.

“Konflik Timur Tengah, terutama ancaman Israel ke Iran, juga memicu ketidakpastian pasar yang makin tinggi,” kata Ibrahim. Apalagi, lanjut dia, zionis Israel masih terus melancarkan serangannya ke Gaza dan Lebanon.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *